New Normal Paskibraka 2020 Bisa!!!

New Normal Paskibraka 2020 Bisa!!!

Oleh : Varhan Abdul Aziz
Purna Paskibraka Indonesia

Saya membuat tulisan ini dengan dengan 3 pemikiran utama. Paskibraka 2020, Pengibaran Bendera Pusaka, dan Marwah Indonesia. Saya tidak sedang membuat abstraksi tesis, atau karya ilmiah. Saya ingin bicara tentang Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Yang 350 tahun pernah jadi bangsa terjajah. Anda bisa bayangkan jadi manusia Nusantara di tahun pertama penjajahan? Cita2nya merdeka, tapi sampai anaknya dari anaknya punya anak, dan si anak2 punya anak, hingga mati si bapak, belum juga merdeka. Sedih.

Maka Kemerdekaan yang dibayar mahal dengan darah, nyawa, harta dan air mata, seharusnya menjadikan kita sebagai bangsa kuat! Kagetnya, disaat kita sedang menuju bangsa yang lebih besar, aspek fundamental filosofi berbangsa kita justru menjadi kecil! Karena hal yang terlihat seakan tidak besar. Pengibaran Bendera Pusaka di Istana Negara hanya akan dilakukan oleh 3 orang Paskibraka.

Yang seakan kecil, bukan berarti sepele. Pengibaran Bendera Pusaka dengan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di Istana telah dimulai sejak 1967 dan tidak pernah tidak hingga tahun 2019. Di Provinsi , Kab. Kota pun Pengibaran selalu dilaksanakan dengan komposisi pasukan penuh. Pasukan 17 (17 Orang jumlah awal mulanya) sebagai Pengawal Bendera Pusaka, Pasukan 8 (8 Orang + 4 Tentara) sebagai sebagai Pembawa Bendera, dan Pasukan 45 Sebagai Penjaga. Dan 2020 kita mungkin tidak lagi bisa melihat pasukan legendari ini bertugas karena Corona. Prihatin.

Substansi utama bendera berkibar adalah tanda kedaulatan negara. Tapi Cara bagaimana kita mengagungkan kebesaran Simbol bangsa ini menjadi ukuran penghargaan terhadap kemerdekaan yang tidak murah. Lantas mengapa kita mengecilkan kebesaran Bangsa dengan sebuah jumlah yang minim? Merah putih dikibarkan setiap hari oleh 1 orang saja di rumahnya masing2 tdk jadi soal. 3 orang di sekolah tiap senin, tidak mengapa. Tapi Bendera Merah Putih Duplikat Pusaka yang hanya setahun sekali dikibarkan, dilipat, lalu disimpan kembali dalam peti untuk setahun berikutnya adalah satu marwah yang utama yang tidak bisa disembarangkan.

Pengibaran Bendera Duplikat Pusaka yang akan dilaksanakan oleh hanya 3 orang Paskibraka adalah sebuah kemunduran kita dalam kemerdekaan. Jangan sampai Corona sebagai penyakit, berubah menjadi Corona sebagai penjajah. Karena bukan hanya mengancam nyawa, corona juga merenggut hak Bendera Pusaka kita untuk diperlakukan secara sakral nan Istimewa. Corona telah bermetamorfosa menjadi seperti Hindia Belanda dan Dai Nippon. Bila Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie dan Gus Dur masih ada, kira2 mereka akan berkata apa?

Saya yakin Presiden Jokowi sangat bijak dalam memaknai kemerdekaan kita bersama. Dan beliau pasti akan mendengarkan masukan dari rakyatnya di bawah. Maka mari bersama suarakan #Paskibraka2020Siap. Adik2 kami di 514 Kabupaten Kota, 34 Provinsi telah lama menantikan masa ini, sejak setahun lalu mereka berlatih, untuk mengukir sejarah sekali seumur hidupnya di 17 Agustust 2020. Mohon Izinkanlah.

Kondisi New Normal telah berjalan, dimana pasar mulai kembali ramai, mall beroperasi, bioskop akan dibuka, cafe2 kembali penuh, dan Masjid serta rumah ibadah lainya kembali padat. Mereka berjalan dengan Protocol Kesehatan. Ramai, tapi tetap jaga jarak. Lalu kenapa Paskibraka tidak bisa?New Normal Paskibraka Pasti bisa!!! Jumlah peserta upacara yang sedikit tdk masalah, karena rakyat lainya bisa upacara video call dari rumah.

Tapi Paskibraka tidak bisa keluar dari kaidah jumlah. Karena merekalah petugasnya, tokoh utamanya, mereka pengantin-nya, orang2 yg memperlakukan, membawa, dan mengibarkan Bendera Pusaka dengan Istimewa. Mereka Pemainya, bukan sekedar penonton! Bisa dibayangkan pertandingan Bola dengan 3 pemain? Bisakah? Dari analogi itu, Maka jumlah menjadi penting, sesuai dengan filosofi Pasukan 17 – 8 – 45, angka keramat, sebuah waktu yg Allah putuskan , menjadi tanggal takdir kemerdekaan bangsa ini.

Paskibraka harus bertugas sebagai pasukan, yang memiliki personil sesuai. 3 orang tidak bisa disebut pasukan, bahkan terlalu kecil untuk disebut tim. Ini bukan sekedar tradisi puluhan tahun yg tidak pernah tidak, ini tentang momentum sakral bendera Pusaka yang tdk boleh disembarangkan. Maka mohon kiranya dikaji ulang. Meski 17 Agustust tinggal 35 Hari lagi, kami yakin adik2 kami bisa melakukan tugasnya dengan baik. Mereka orang pilihan, yang terlatih dalam waktu tahunan, bukan anak kemarin sore yang asal comot.

Siswa Secapa TNI tetap melanjutkan pendidikan meski ada sebagian mereka terkena Corona. SPN lido tetap berjalan meski ada banyak yg terkena Corona. Pendaftaran Akademi TNI POLRI, Bintara sampai Tamtama mulai dibuka. Bahkan rekrutmen ASN mulai akan dilanjutkan sepenuhnya. Lalu kenapa Paskibraka tdk bisa berbaris sebagai 1 pasukan seutuhhya?

Lebih dari pemersatu, Paskibraka adalah keunikan bangsa, yang tidak dimiliki Bangsa lainya. Tidak ada Paskibraka Jepang, Paskibraka Amerika, yang ada hanyalah Paskibraka Indonesia. Tidak pernah ada negara lain yg memberikan kesempatan sedemikian terhormatnya kepada siswa sipil untuk meraih kesempatan berlatih sebulan di asrama. menyatu sebagai satu pasukan, dilatih dalam soliditas persaudaraan untuk Nasionalisme yang terarah.

34 Provinsi mengirimkan dutanya 1 Putra 1 Putri,adalah simbol kebhinekaan bangsa. Kemerdekaan yang dipersatukan lewat perwakilan Putra Putrinya dari tanah Aceh sampai Papua. Kebersamaan sejenak mereka menjadi bekal abadi untuk hidupnya puluhan tahun kedepan. Mereka kembali ke daerah nanti sebagai bibit pemimpin yang akan berkembang besar. Investasi kepemimpinan bangsa dimulai juga dari sini.

Kami percaya bapak2 yang membuat kebijakan, karena disari cinta pada kami untuk keselamatan. Maka izinkanlah adik2 kami mulai berlatih sebagai satu pasukan untuh, yang tetap selamat dengan protocol kesehatan. Barisan bisa kita buat lebar, pasukan dijaga jarak, dan latihan fokus pada gerakan inti. Kurikulum materi non berbaris disempitkan, fokus pada formasi dan langkah serta metode pengibaran.

Asrama diisolasi dari orang luar. Kebersihan dijaga, cuci tangan diwajibkan, istirahat dicukupkan. Makan diberikan yg paling bergizi. Dan harus dipastikan mereka yang dipilih menjadi Paskibraka adalah yg paling sehat dan kuat fisiknya. Pelatih dan official harus berkomitmen di asrama dan menutup sekecil mungkin interaksi fisik ke luar lingkungan pemusatan. Dengan SOP ini, kami meyakini, Pengibaran Merah Putih dengan Paskibraka lengkap menjadi suatu jaminan yang bisa dipertanggungjawabkan, kesuksesanya, juga kesehatanya.

Bapak2 pembuat kebijakan yang terhormat. Mohon dapat direvisi edaran SOP Peringatan kemerdekaan di daerah tentang Paskibraka yang hanya berjumlah tiga. Jangan sampai Corona mengalahkan kita dari kemerdekaan yang utuh. Kita bukan bangsa pengecut, juga bukan bangsa bodoh yang hidup tanpa persiapan. Biarkanlah Paskibraka 2020, Mengibarkan Bendera Pusaka sebagai Pasukan Seutuhnya.

Kami siap bertugas berdampingan dengan Corona. Solid, Sukses, Sehat Sekamat.

New Normal Pasibraka 2020. Pasti Bisa!!!

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai